Jumat, 06 Agustus 2010

Manajemen Ramadhan

Oleh : M. Masnur Hamzah, Lc.

Hudzaifah.org
- Mari kita simak briefing Rasulullah saw. ketika akan memasuki bulan suci ini:

?Wahai sekalian manusia, bulan yang besar lagi penuh barokah telah menaungi kalian: bulan Ramadhan. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan puasanya sebagai kewajiban, dan qiyam di malam harinya sebagai tathowwu (amalan sunnah).

Siapa yang bertaqorrub (mendekatkan diri kepada Allah) di dalam bulan Ramadhan dengan satu bentuk kebaikan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan satu fardhu (kewajiban) di bulan lainnya. Dan siapa yang mengerjakan satu fardhu di bulan Ramadhan, maka samalah dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan lainnya.

Ia adalah bulan sabar, dan pahala sabar adalah syurga. Ia adalah bulan santunan, dan bulan di mana rizqi seorang mu'min akan ditambah. Pada bulan ini, siapa yang memberi juadah berbuka kepada orang yang berpuasa, maka hal itu merupakan pengampunan dosa-dosanya, pembebasan dirinya dari api neraka, dan ia memperoleh pahala yang sama dengan orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa."

Kemudian, para sahabat radhiyallahu 'anhum bertanya, "Ya Rasulullah! Tidak setiap kami mendapati apa yang akan diberikan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa." Maka Rasulullah SAW menjawab, "Allah memberikan pahala ini kepada siapa saja yang memberi buka orang puasa dengan satu biji kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu yang sudah dicampur air sekalipun."

Ia merupakan bulan yang permulaannya adalah rahmah, pertengahannya adalah maghfiroh (ampunan), sedang penghujungnya adalah pembebasan dari api neraka. Subhanallah. Siapa yang meringankan kerja pembantunya, maka Allah berikan maghfiroh kepadanya, dan Allah bebaskan dia dari api neraka.

Maka perbanyaklah empat hal. Yang dua untuk memperolah ridho Tuhan kalian yaitu bersyahadah dan beristighfar. Dan dua hal lagi yang pasti sangat kalian perlukan, yaitu meminta syurga kepada-Nya dan memohon perlindungan-Nya dari api neraka. Siapa yang memberi minum orang yang berbuka, maka di padang mahsyar Allah akan memberinya minum dari telaga Allah, dengan minuman yang dia tidak merasa haus lagi, sampai dia masuk syurga". (HR. Ibnu Khuzaimah)

Berikut beberapa hal yang kurang lebih tertangkap dalam khutbah Rasulullah tsb:

1. Manajemen Ruhiyah

Kemudian, para sahabat radhiyallahu 'anhum bertanya, "Ya Rasulullah! Tidak setiap kami mendapati Rasulullah saw. membagi Ramadhan menjadi tiga bagian. Masing-masing berjumlah 10 hari. Di tahap awal Ramadhan, kita perlu memasang target ibadah Ramadhan kita. Setelah 10 hari berlalu, dimuhasabah untuk kemudian diperbaiki dan ditingkatkan di babak kedua dan ketiga. Tensi dan derajat ruhiyah ditingkatkan sampai pada tingkat yang maksimal.

Di awal-awal Syawal, kita melakukan recovery terhadap hati kita yang telah sangat suka dengan ibadah. Hasil yang kita harapkan setelah itu, adalah tercapainya kestabilan ruhiyah sebagai bekal kita untuk menghadapi kehidupan pasca Ramadhan. Kegagalan kita dalam mengurus ruhiyah akan berdampak kepada goyahnya ruhiyah pasca Ramadhan.



2. Manajemen Amal

Di bulan Ramadhan, setiap amalan dilipatgandakan oleh Allah. Untuk amalan sunnah akan bernilai wajib di sisi Allah. Dan amalan wajib akan Allah lipat gandakan menjadi 70 kali ganda. Bahkan amalan yang mubah seperti tidur , jika niatnya benar, pun bernilai ibadah di sisi-Nya.

Di bulan ini kita berbisnis dengan Allah. Makin besar amalan yang kita lakukan, akan makin besar nilainya di sisi Allah. Selain itu juga karena waktu yang hanya terbatas 30 hari; dengan waktu yang sangat singkat ini, kita diharapkan mencapai derajat taqwa. Maka kita harus pandai-pandai menentukan prioritas dalam beramal. Amalan wajib kita dahulukan dari yang sunnah; amalan sunnah kita dahulukan dari yang mubah. Nilai ibadah sunnah yang tertinggi sangat kita utamakan dibanding dengan amalan sunnah yang lain, dan seterusnya.



3. Manajemen Doa

Rasulullah bersabda bahwa waktu yang paling berbahagia bagi orang yang berpuasa adalah ketika berbuka dan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Ketika Allah membuka tabirNya dan kita melihat wajah Allah dalam syurga, maka itu adalah waktu bertemunya seorang hamba dengan Allah di akhirat. Dan waktu bertemunya seorang hamba dengan Allah di dunia adalah saat berbuka puasa.
Karena saat itulah Allah memberikan hak orang yang berpuasa setelah melaksanakan kewajibannya menahan nafsu di siang hari. Karena do'a yang dilantunkan saat itu adalah do'a yang mustajabah.

Ketika kita berpuasa seharian penuh dan kita tidak berbuka karena Allah; maka saat berbuka tentunya kita ingin membuktikan kebenaran puasa kita padaNya, dan saat itulah Allah ingin memberikan hadiahNya kepada hamba-hamba yang benar-benar dalam puasanya.

TAPI? berapa banyak dari kita yang tidak menyadari hal ini? Berapa banyak dari kita yang melalaikan waktu yang sangat utama ini? Berapa banyak orang yang menyempatkan berdo'a (selain do'a berbuka) ketika berbuka? Berapa banyak orang yang menangis ketika berbuka? Tanpa menyedari bahwa kita telah melepaskan kesempatan berharga memohon kepada Allah terhadap keinginan kita, yang sangat mustajabah itu?

Berapa banyak yang bertafakkur saat berbuka? Dengan tegukan pertama, ia ingat seluruh dosa-dosanya yang telah lalu, dan mengingat seharian penuh dia berpuasa, menahan seluruh nafsunya hanya untuk Allah? dan ketika berbuka, ia meminta haknya, memohon sesuatu pada Allah, dengan do'a yang mustajabah tadi, seraya menangis untuk do'a dan dosanya?

Hari pertama do'anya dikhususkan untuk orangtuanya agar terhindar dari api neraka. Hari kedua, do'anya dikhususkan untuk pengampunan seluruh dosanya yang telah lalu. Hari ketiga do'anya dikhususkan bagi saudara-saudaranya yang sedang berjuang dan syahid di medan laga melawan kaum kuffar durjana, ?? Sehingga setelah keluar dari bulan Ramadhan, seluruh permintaannya telah terpenuhi, kewajibannya dilaksanakan dengan berpuasa, dan haknya dipenuhi Allah dengan makbulnya seluruh do'anya.

Merugilah orang yang tidak menyadari hal ini. Karenanya tentu kita harus melist permohonan kita selama 30 kali kesempatan. Apa keinginan kita di bulan sebelum Ramadhan, maka saat berbukalah keinginan itu kita utarakan. Itulah manajemen do'a.



4. Manajemen Infaq

Jika kita memiliki dana sekian ratus ribu atau sekian juta rupiah misalnya, apa amalan utama yang dapat melipatgandakan dana kita di akhirat dan menjadi berharga di yaumil akhir? Jawabnya adalah memberi makan orang berbuka.
Memberi makan orang yang berbuka, dapat melumerkan hati dan memperat tali silaturahmi. Mereka yang kita berikan makanan berbuka akan sangat berterima kasih, dan lunturlah semua kekasatan hati yang pernah ada. Maka perlu manajemen infaq (baca: traktir), terutama bagi kaum fukoro dan masakin.



5. Manajemen Waktu

Tidak lewat setiap detik --dalam bulan Ramadhan, kecuali di dalamnya bernilai ibadah. Namun ada waktu-waktu utama yang dianjurkan untuk melebihkan prioritasnya dibandingkan waktu-waktu yang lain.

Oleh Rasulullah saw., bulan Ramadhan dibahagi tiga bahagian. Awalnya adalah rahmat; pertengahannya adalah maghfiroh; dan bagian akhirnya adalah perlindungan dari api neraka. Waktu-waktu di bagian awal (sepuluh hari pertama), urusan duniawi masih memiliki porsi yang besar. Di bagian kedua, untuk urusan duniawi menurun. Dan di bahagian ke tiga, kita memfokuskan diri meninggalkan kehidupan dunia untuk sibuk dengan urusan akhirat. Mereka yang bersungguh-sungguh dalam hal ini, pasti telah mempersiapkannya jauh-jauh hari.

Bagi mereka yang memiliki pekerjaan tetap, mungkin melokasikan waktu cutinya pada saat terakhir bulan Ramadhan. Mereka yang berdagang, meninggalkan dagangannya untuk sejenak beristirahat dari segala keseronokan dunia. Mereka yang memiliki aktivitas lain, atau kesulitan lain, telah disiapkan sebelum datangnya waktu i'tikaf (misal: banyak tugas; persiapan kuis; laporan yang harus diselesaikan). Sehingga saat beri?tikaf (sepuluh hari terakhir Ramadhan), seluruh permasalahan duniawi tak dapat mengganggu kesempatan ibadah kita ini.

Dalam sehari semalam, Allah membagi waktu siang untuk bekerja, dan waktu malam untuk beribadah, karena beribadah di waktu malam jauh lebih utama (QS. Al-Muzammil). Oleh karenanya, pengaturan waktu harian dibagi berdasarkan panduan ini. (Yang belum, atau tidak pernah buat?rencana harian khusus untuk bulan Ramadhan, dibuat yaa? Sisakan sedikit space buat jaga-jaga kalau ada kegiatan yang tidak terencana, such as: kuliah tambahan tiba-tiba; persidangan atau mesyuarat mengejut, sesak di jalan, dan lain-lain yang unpredictable (yang sulit diramal). Kalau ternyata tidak ada, acara tiba-tiba, space yang kosong itu bisa digunakan untuk, kau tahu yang kau mau. Love Allah, know Islam.



6. Manajemen Hawa Nafsu

Bulan Ramadhan sebagai bulan latihan, menuntut kita untuk bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan/target. Target yang paling rendah adalah diampuninya seluruh dosa. Dan target tertingginya adalah mendapatkan taqwa. Latihan mengendalikan hawa nafsu dari dosa dan kemaksiatan sangatlah penting artinya.

Di bulan ini kita membuat list dosa yang mungkin kita perbuat (misal: tidak bersabar atas kelakuan teman/tetangga, tidak sabar atas keadaan yang terjadi, kesel sama guru yang memberi tugas banyak padahal masih bulan Ramadhan? sabar aja, ya... Yang terasa; maaf yaa?).

Setiap berbuat dosa, beri nilai atau check point pada lembar muhasabah itu. Dan insya Allah kita akan takjub (asal jangan jadi ujub) dengan diri kita sendiri, manakala ini dilakukan dengan benar. Karena di hari-hari awal Ramadhan, ketika mengisi lembar ini, kita sibuk mengucapkan istighfar (dengan lisan dan qalbu) lalu mengevaluasinya. Di akhir Ramadhan, kita periksa ulang. Sehingga paling tidak, jumlahnya sudah banyak berkurang.



7. Manajemen Amal

Di lembar berikutnya, kita buat form amal yang mungkin kita lakukan. Sebenarnya ada banyak, sih. Hanya kadang kita sendiri yang kurang mengeksplore hal ini; atau kurang sering melakukan muhasabah (renungan).
Keberhasilan Ramadhan ditunjukkan dengan menaiknya grafik amal dan menurunnya dosa den kemaksiatan. Dan kestabilan ruhiyah yang tercapai sebagai bekal kita untuk menghadapi kehidupan pasca Ramadhan.
Marhaban ya, Ramadhan...

Semoga berguna bagi kita semua, untuk dunia dan akhirat. Amin ya Allah. O iyaa, ini yang terakhir:

"Ilahy, jadikanlah semua amal kami
sebagai amal yang sholeh.

Jadikanlah ia semata-mata hanya karena-Mu.
Dan jangan jadikan ia sedikitpun karena seseorang." (Doa Umar bin Khatthab)
* Whoever hopes to meet his Lord,
he should do good deeds,
and join no one in the service of his Lord.
(Al Kahfi: 110) *

SUCIKAN HATI, LURUSKAN NIAT,
SATUKAN TUJUAN, GAPAI RIDHO ILAHI

Adapun doa/zikir yang dianjurkan bagi kita untuk memperbanyak membacanya di bulan suci Romadhon (yang sesuai dengan makna hadis di atas) adalah:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله أَسْـتَغْفِرُ الله
أَسْـأَلُ رِضَاكَ وَالْجَنّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ
?Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah.
Aku memohon ampunan kepada Allah swt.
(Ya Allah) Aku memohon ridho dan syurga-Mu.
Aku berlindung kepada-Mu dari murka dan neraka-Mu.

Jangan lupa saling memaafkan dan mendoakan ?!


Sumber : http://www.hudzaifah.org/Article403.phtml

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►

Popular Posts

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/


Sedekah yang Utama

Shadaqah adalah baik seluruhnya, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran shadaqah tersebut. Di antara shadaqah yang utama menurut Islam adalah sebagai berikut:

1. Shadaqah Sirriyah

Yaitu shadaqah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Shadaqah ini sangat utama karena lebih medekati ikhlas dan selamat dari sifat pamer. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 2:271)

Yang perlu kita perhatikan di dalam ayat di atas adalah, bahwa yang utama untuk disembunyikan terbatas pada shadaqah kepada fakir miskin secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak jenis shadaqah yang mau tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.

Di antara hikmah menyembunyikan shadaqah kepada fakir miskin adalah untuk menutup aib saudara yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah, bahwa dia orang papa yang tak punya sesuatu apa pun.Ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam ihsan terhadap orang fakir.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alihi wasallam memuji shadaqah sirriyah ini, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk dalam tujuh golongan yang dinaungi Allah nanti pada hari Kiamat. (Thariqul Hijratain)

2. Shadaqah Dalam Kondisi Sehat

Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan tipis harapan kesembuhannya. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Shadaqah yang paling utama adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, "Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian." (HR.al-Bukhari dan Muslim)

3. Shadaqah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi

Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. 2:219)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Tidak ada shadaqah kecuali setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi." Dan dalam riwayat yang lain, "Sebaik-baik shadaqah adalah jika kebutuhan yang wajib terpenuhi." (Kedua riwayat ada dalam al-Bukhari)

4. Shadaqah dengan Kemampuan Maksimal

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alihi wasallam,
"Shadaqah yang paling utama adalah (infak) maksimal orang yang tak punya. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu." (HR. Abu Dawud)

Beliau juga bersabda,
"Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham." Para sahabat bertanya," Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, "Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya." (HR. an-Nasai, Shahihul Jami')

Al-Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, "Hendaknya seseorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan untuk dirinya kecukupan karena khawatir terhadap fitnah fakir. Sebab boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan infak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Shadaqah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasululllah shallallahu ‘alihi wasallam tidak mengingkari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuyang keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga beliau tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Nabi khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak hutang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar hutang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meski sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan juga itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin.” (Syarhus Sunnah)

5. Menafkahi Anak Istri

Berkenaan dengan ini Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Seseorang apabila menafkahi keluarganya dengan mengharapkan pahalanya maka dia mendapatkan pahala sedekah." ( HR. al-Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda,
"Ada empat dinar; Satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Muslim).



6. Bersedekah Kepada Kerabat

Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha'. Ketika turun ayat,
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai." (QS. 3:92)

Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa Bairuha' diserahkan kepada beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak beliau. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam menyarankan agar ia dibagikan kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi tersebut dan membaginya untuk kerabat dan keponakannya.(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam juga bersabda,
"Bersedakah kepada orang miskin adalah sedekah (saja), sedangkan jika kepada kerabat maka ada dua (kebaikan), sedekah dan silaturrahim." (HR. Ahmad, an-Nasa'i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan, adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok, yaitu:

  • Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
    ”(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. 90:13-16)
  • Kerabat yang memendam permusuhan, sebagaimana sabda Nabi,
    "Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzai, Shahihul jami')

7. Bersedekah Kepada Tetangga

Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat an-Nisa' ayat 36, di antaranya berisikan perintah agar berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Dan Nabi juga telah bersabda memberikan wasiat kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
"Jika engkau memasak sop maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu." (HR. Muslim)

8. Bersedekah Kepada Teman di Jalan Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang untuk keluarganya, dinar yang dinafkahkan seseorang untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan seseorang kepada temannya fi sabilillah Azza wa Jalla." (HR. Muslim)

9. Berinfak Untuk Perjuangan (Jihad) di Jalam Allah

Amat banyak firman Allah subhanahu wata’ala yang menjelaskan masalah ini, di antaranya,
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah.” (QS. 9:41)

Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. 49:15)

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Barang siapa mempersiapkan (membekali dan mempersenjatai) seorang yang berperang maka dia telah ikut berperang." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Namun perlu diketahui bahwa bersedekah untuk kepentingan jihad yang utama adalah dalam waktu yang memang dibutuhkan dan mendesak, sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri kaum Muslimin. Ada pun dalam kondisi mencukupi dan kaum Muslimin dalam kemenangan maka itu juga baik akan tetapi tidak seutama dibanding kondisi yang pertama.

10. Shadaqah Jariyah

Yaitu shadaqah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Jika manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; Shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Di antara yang termasuk proyek shadaqah jariyah adalah pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air bersih dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.

Sumber: Buletin “Ash-Shadaqah fadhailuha wa anwa’uha”, Ali bin Muhammad al-Dihami.

http://www.lazyaumil.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=101
 

Copyright © 2012. Berikan Kemanfaatan - All Rights Reserved B-Seo Versi 3 by Bamz